Selasa, 04 Desember 2012

Dalam ajaran agama Buddha ada tiga cara untuk mengembangkan kebijaksanaan yaitu: 1. Suttamaya Panna : kebijaksanaan yang dikembangkan dengan cara belajar dari buku, diskusi atau mendengarkan dhamma. 2. Cintamaya Panna : kebijaksanaan yang dikembangkan dengan cara penyelidikkan dan perenungan terhadap hukum sebab akibat. 3. Bhavanamaya Panna : kebijaksanna yang dikembangkan dengan meditasi.

Senin, 09 Juli 2012

10 Penyempurnaan Dana, sila, nekkhama, pannya,wiriya, khanti, sacca, adhitthana, metta, uphekka. Sepuluh kebajikan termulia dan sempurna, bersinar terang indah laksana permata, yang telah dilakukan oleh seorang Bodhisattva, agar mencapai penyadaran sempurna. Dana, sila nekkhama, pannya, wiriya, khanti, sacca, adhitthana, metta, uphekka. Murah hati, disiplin, tak egois, dan bijaksana, gigih, sabar, jujur, tekad teguh, dan cinta kasih, tenang seimbang pikirannya. Sepuluh Parami. Mari renungi dan jalani.

Senin, 11 Juni 2012

Suffering

Kita tidak menjadi bhikkhu atau bhikkhuni untuk makan enak, tidur nyenyak, dan menjadi sangat nyaman ; tetapi untuk mengenal penderitaan :
1. Bagaiman menerimanya...
2. Bagaimana melepaskannya...
3. Bagaimana mencegahnya kemunculannya.
Jadi, jangan lakukan sesuatu yang dapat menyebabkan penderitaan, seperti menuruti keserakahan atau penderitaan tidak akan meninggalkan Anda.
We don’t become monks or nuns to eat well, sleep well, and be very comfortable, but to know suffering:
1. How to accept it...
2. How to get rid of it...
3. How not to cause it.
So don’t do that which causes suffering, like indulging in greed, or it will never leave you.

Minggu, 13 Mei 2012

Bila dua sejoli saling setia, murah hati, terkendali, dan hidup dengan benar, mereka bersatu sebagai suami dan istri, sungguh mengasihi satu sama lain. Berlimpah berkah tercurah pada mereka, mereka tinggal bersama dalam kebahagiaan, tiada yang dapat mengusik, tatkala keduanya sepadan dalam kebajikan. Setelah hidup sesuai kebenaran di dunia ini, sepadan dalam kebajikan dan keyakinan, mereka kembali bersukacita di surga, menikmati kebahagiaan berlimpah ruah. Anguttara Nikaya 4:55

Jumat, 24 Februari 2012

Berbuat Baik untuk Membayar Hutang Karma?

" Berbuat baik untuk membayar hutang karma ". Ini adalah pernyataan yang sering kita dengar. Benarkah pernyataan ini? Pernyataan ini seolah-olah Hukum Karma adalah hukum tambah kurang, dimana dengan melakukan karma baik, maka kita bisa mengurangi atau melunasi hutang karma buruk kita.
Padahal hukum karma sesungguhnya adalah hukum sebab akibat, bukan hukum tambah kurang. Artinya semua sebab ( karma ) akan menghasilkan akibatnya masing-masing sesuai dengan bobotnya, bila kondisinya sudah Pas. Baik itu karma baik atau karma buruk tetap akan menghasilkan akibatnya masing-masing sesuai bobotnya bila kondisinya sudah Pas. Tidak bisa saling mengurangi apalagi meniadakan (bayar hutang karma buruk).
Perbuatan baik (karma baik) bagaikan payung yang bisa melindungi kita dari hujan. Namun ingatlah bahwa payung tidak bisa menghentikan hujan, apalagi meniadakan hujan.
Demikianlah karma baik bila kondisinya sudah Pas, buahnya (akibatnya) bisa mengurangi penderitaan yang diakibatkan oleh karma buruk kita, namun tidak bisa membayar hutang atau mengurangi karma buruk kita.
Bila garam adalah karma buruk, air putih adalah karma baik, cangkir adalah diri kita, dan rasa adalah akibat/buah karma. Maka sebanyak apapun air putih yang dimasukkan kedalam cangkir yang berisi garam, tidak akan mengurangi garam yang telah berada didalamnya, namun air putih mampu mengurangi rasa asin yang diakibatkan oleh garam tersebut.
Semoga dengan menyadari bahwa karma baik tidak bisa dan bukan untuk membayar hutang karma buruk, kita tidak lagi berprinsip bahwa berbuat baik untuk melunasi hutang karma buruk kita. Namun berbuat baiklah karena perbuatan baik itu memang baik adanya...